MAKALAH
Studi Historis Hadits Nabi : Era
Kodifikasi (Penulisan & Pembukuan)
Makalah ini
disusun untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadist
Dosen :
Disusun Oleh :
Vira
Yuli Anggraini 1541030140

PMI/A/Semester II
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI( IAIN )
RADEN INTAN LAMPUNG
Bandar Lampung 2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan rasa syukur selalu kita panjatkan kehadirat
ALLAH SWT yang telah memberikan serta melimpahkan karunianya sehingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan pada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kebenaran dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk
disajikan dalam rangka memenuhi tugas
Mata kuliah Ulumul Hadist. Ucapan terima kasih penulis haturkan
kepada dosen pengajar mata kuliah bapak Mansyur Hidayat yang telah memberikan
beberapa penjelasan dan pengarahan dalam membuat makalah ini sehingga makalah
ini bisa selesai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Amin.
Bandar Lampung, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan.................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komunikasi........................................................................................ 2
B.
Perkembangan Hadist pada Abad II dan III Hijriah......................................... 2
C.
Masa Men-Tashih-kan
Hadis dan Penyusunan Kaidah-kaidahnya................ 6
D.
Abad IV hingga Tahun 656 H.............................................................................. 9
E.
Periode 656 H – Sekarang..................................................................................... 11
BAB
III PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................................. 13
B. Saran……………………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hadist merupakan sumber Hukum Islam kedua
setelah Al-Qur’an. Oleh karena hadist menduduki peringkat kedua setelah
Al-Qur’an, maka suatu keharusan bagi kaum muslimin untuk mepelajarinya. Hadist merupakan sebagai rujukan
hukum islam yang kedua, memiliki sejarah yang unik di bandingkan
Al–Qur’an. Jika Al-Qur’an sebagai rujukan pertama, maka tidak heran jika
penjagaannya sangat serius dan signifikan mulai awal diwahyukan sampai
sekarang. Tanpa mengenal hadist, rasanya sulit untuk memahami ilmu-ilmu
keislaman. Sebagaimana dikemukakan oleh al-Zarkasyi (1344-1391) bahwa Ilmu
Hadist termasuk ilmu yang telah matang dan telah pula terbakar, artinya ilmu
yang banyak dibahas oleh para ulama dan menjadi mahkota ilmu-ilmu keislaman.
Meskipun Hadist bukanlah hal yang baru bagi
masyarakat Islam masa kini, karena semenjak Muhammad SAW dikenal dengan nama
hadist. Hadist tidak lain adalah segala yang dinukilkan pada Rasulullah baik
perkataan, perbuatan, takrir dan hal-ikhwalnya. Namun yang menarik adalah
kenapa hadist ini dihimpun ( dikodifikasikan ).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan penjelasan latar
belakang di atas ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa Pengertian Kodifikasi ?
2. Bagaimana Perkembangan Hadist pada Abad
II dan III Hijriah ?
3. Bagaimana Masa Men-Tashih-kan Hadis dan
Penyusunan Kaidah-kaidahnya ?
4. Bagaimana Abad IV hingga Tahun 656 H ?
5. Bagaimana Periode 656 H – Sekarang ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalaha sebagai berikut :
1.
Untuk
Mengetahui pengertian Kodifikasi
2.
Untuk
Mengetahui Perkembangan Hadist pada Abad II dan III Hijriah
3.
Untuk
Mengetahui Masa Men-Tashih-kan Hadis dan Penyusunan Kaidah-kaidahnya
4.
Untuk
Mengetahui Abad IV hingga Tahun 656 H
5.
Untuk
Mengetahui Periode 656 H – Sekarang
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kodifikasi
Secara bahasa, tadwin diterjemahkan dengan
kumpulan shahifah (mujtama al-shuhuf).
secara luas tadwin diartikan dengan al-jam’u (mengumpulkan). Sementara yang
dimaksud dengan tadwin hadis pada periode ini adalah pembukuan (kodifikasi)
secara resmi yang berdasarkan perintah kepala Negara, dengan melibatkan
beberapa personil yang ahli dibidangnya.[1]
Jadi yang
dimaksud kodifikasi ( Tadwinul Hadist ) adalah mengumpulkan, menghimpun atau
membukukan, yakni mengumpulkan dan menertibkannya. Adapun yang dimaksud dengan
kodifikasi hadis adalah menghimpun catatan-catatan hadis Nabi dalam mushaf.
Masa kodifikasi (tadwin) hadist terbagi dua, yaitu
:
1)
Kodifikasi hadist yang
bersifat pribadi (tadwin al-syakhshiy)
Kodifikasi yang bersifat
pribadi belum menjadi kebijaksanaan pemerintah secara resmi sudah dimulai sejak
masa Rasul. Sementara
2)
Kodifikasi hadist secara
resmi (tadwin al-rasmiy)
Kodifikasi hadis secara
resmi menjadi kebijaksanaan pemerintah secara resmi baru dimulai pada masa Umar
ibn Abdul Aziz.[2]
B.
Perkembangan Hadist pada Abad II dan III Hijriah
Periode ini disebut “ASAHR
AL-Kitabah Al-Tadwin”, yakni masa penulisan dan pembukuan. Maksudnya penulisan
dan pembukuan secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh atau atas inisiatif
pemerintah secara umum. Sebab kalau secara peroranga sebelum abad II H. hadist
sudah banyak ditulis baik pada masa tabi’in sahabt kecil, sahabat besar dan
bahkan sejak masa nabi SAW[3]
Masa pembukuan secara resmi dimulai
pada awal abad II H, yakni pada masa pemerintahan khalifah ‘Umar ibn Abd
al-‘Aziz tahun 101 H. Beliau ini dikenal sebagai orang yang adil dan
wara’ bahkan sebagian ulama menyebutnya sebagai Khulafaur Rasyidin yang ke-5,
tergeraklah hatinya untuk membukukan hadits dengan motif :
1.Beliau
khawatir ilmu hadits akan hilang karena belum dibukukan dengan baik.
2.Kemauan
beliau untuk menyaring hadits palsu (maudhu’) yang banyak beredar.
3.Al-Qur’an
sudah dibukukan dalam mushaf, sehingga tidak ada lagi kekhawatiran tercampur
dengan hadits bila hadits dibukukan.
4.Peperangan
dalam penaklukan negeri negeri yang belum Islam dan peperangan antar
sesama kaum Muslimin banyak terjadi, dikhawatirkan ulama hadits berkurang karena
wafat dalam peperangan – peperangan tersebut.[4]
Selain itu, kondisi
masyarakat juga mengalami perubahan, khususnya yang terkait dengan periwayatan
Hadits. Perubahan itu nampak dalam beberapa hal sebagai berikut:[5]
a.
Bila
zaman Sahabat hafalan masih relatif kuat, pada masa ini kekuatan hafalan sudah
mulai memudar. Hal itu disebabkan oleh banyaknya perawi Hadits dari kalangan
Sahabat yang berhijrah keluar jazirah Arabiyah dan menetap di luar hingga kawin
dan berketurunan di sana. Masyarakat di luar jazirah tidak memiliki tradisi
menghafal layaknya masyarakat Arab. Lambat laun generasi yang muncul tidak
mampu memaksimalkan daya hafalnya. Selain itu, kemampuan menulis sudah mereka
miliki, sehingga oleh sebagian masyarakat menulis dirasa “lebih praktis”
daripada menghafal.
b.
Sanad
Hadits mulai memanjang dan bercabang. Hal itu disebabkan juga oleh terpencarnya
para perawi Hadits ke daerah-daerah yang berjauhan, sehingga untuk mendapatkan
sebuah Hadits harus melalui periwayatan beberapa perawi yang sekali lagi hal
ini menyebabkan sanad menjadi panjang yang pada gilirannya berdampak pada
kualitas Hadits.
c. Banyak sekte bermunculan. Bermunculannya
banyak sekte dan aliran yang menyimpan dari jalur yang dianut oleh para Sahabat
berdampak pada keotentikan Hadits. Munculnya Hadits-hasits palsu sebagianny
juga disebabkan oleh faktorAini. Ada sekte
khawarij, mu’tazilah, jabariyah dan lain sebagainya.
Untuk merealisasikan niatnya itu, pertama – tama beliau
meminta kepada gubernur madinah, Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm, supaya
membukukan hadist Nabi SAW yang terdapat pada ‘Amarah binti ‘Abd al- Rahman ibn
sa’ad ibn Zurarah ibn ‘ Ades, seorang ahli fiqh, murid Aisyah r.a, dan
hadis-hadis yang ada pada Al-Qaim Ibn Muhammad Ibn Abi Bakar Ash-Siddiq,
seorang pemuka tabiin dan salah seorang fuqaha Madinah yang tujuh.[6]
Umar ibn Abdil Aziz menulis kepada Abu Bakr ibn Hazm,
Bunyinya:[7]
“Lihat dan periksalah apa yang dapat diperoleh dari hadits
Rasulullah, lalu tulislah ! karena aku
takut akan lenyap ilmu disebabkan meninggalnya ulama dan jangan anda
terima selain hadits Rasulullah saw dan hendaklah anda sebarkan ilmu
dan mengadakan majelis-majelis ilmu supaya orang yang tidak
mengetahui dapat mengetahuinya, lantaran tidak lenyap ilmu hingga dijadikannya
barang rahasia.”
Disamping itu, Umar mengirimkan surat-surat kepada Gubernur
yang ada dibawah kekuasannya untuk membukukan hadis yang adapada ulama yang
tinggal di wilayah mereka masing-masing. Diantara Ulama besar yang membukukan
hadis atas kemauan khalifah adalah Abu Bakar Muhammad
Bin Muslim Bin Ubaidillah Bin Syihab az-Zuhry (Ibnu Syihab Az-Zuhry)
seorang tabiin yamh ahli dalam urusan fiqh dan hadis. Beliau adalah guru Malik,
Al-Auza’i. Na;mar, Al-Laits, Ibnu Ishaq, dan Ibnu Abi Dzi’bin. Merka inilah
ulama yang mula-mula membukukan hadis atas anjuran Khalifah.
Kitab hadis yang
ditulis oleh Ibnu Hazm, yang merupakan kitab hadis pertama yang ditulis atas
perintah kepala Negara, tidak sampai kepada kita, dan kitab itu tidak
membukukan seluruh hadis yang ada dimadinah. Pembukuan seluruh hadis yang ada
di Madinah dilakukan oleh Imam Muhammad Ibn Muslim Ibn Syihab Az-Zuhri, yang
memang terkenal sebagai seorang ulama besar dari ulama-ulama hadis pada
masanya.
Setelah itu, para ulam berusaha berlomba-lomba
membukukan hadis atas anjuran Abu’Abbas As-Saffah dan anak-anaknya dari
khalifah-khalifah Abbasiyah. Akan tetapi, tak dapat diketahui lagi siapakah
ulama-ulama yang datang sesudah Az-Zuhri seluruhnya hidup pada satu zaman.[8] Sekalipun
demikian, yang dapat ditegaskan sejarah sebagai pengumpul hadis adalah :
1. Pengumpul pertama di kota Mekkah, Ibnu Juraij al-Bashary (
w. 150 H.)
2. Pengumpul pertama di kota Madinah, Abu Ishaq (w. 151 H.)
3. Pengumpul pertama di kota Bashrah, al-Rabi' bin Shabih (w. 106 H) dan Hammad bin Salamah (w. 176
H.)
4. Pengumpul pertama di Kufah, Sufyan Atsaury (w. 166 H.)
5. Pengumpul pertama di Syam, al-Auza'iy (w. 156 H.)
6.
Pengumpul
pertama di Wasith, Husyam Al Wasithy (104-188 H)
7. Pengumpul pertama di Yaman, Ma-amar
Al-Azdy (95-153 H)
8. Pengumpul pertama di Rei, Jarir
Adh-Dhabby (110-188 H)
9. Pengumpul pertama di Khurasan, Ibnu al-Mubarak ( 11-181
H.)
10. Pengumpul pertama di Mesir, Al-Laits Ibn
Sa’ad (w. 175 H).[9]
Semua
ulam besar membukukan hadis ini terdiri dari ahli-ahli pada abad kedua hijriah.
Kitab Az-Zuhry dan Ibnu Juraij itu tidak diketahui dimana sekarang ini. Kitab
yang paling tua yang ada tangan umat Islam dewasa ini adalah Al-Muwaththa’ susunan Imam Malik.Kitab
itu disusun atas permintaan Khalifah Al-Mansyur ketika ia menunaikan ibadah
haji pada tahun 144 H.
Kemudian
ibnu Ishaq menyusun kitab AL-Maghazi wa
As-Siyar (Hadis-hadis mengenai sirah Rasul SAW). Kitab Al-Maghazi ini
adalah dasar pokok bagi kitab-kitab sirah nabi.
Para
ulama abad kedua ini membukukan hadis tanpa menyaringnya, yakni mereka tidak
hanya membukukan hadis-hadis saja, tetapifatwa-fatwa sahabatpun dimasukan
kedalam bukunya. oleh karena itu dalam kitab-kitab itu terdapat hadis-hadis Marfu, hadis-hadis Mauquf, dan hadis-hadis Maqthu’,
kitab hadis seperti itu dan mudah kita dapatkan adalah Al-Muwaththa’ susunan Imam Malik.[10]
Kitab-kitab
Hadis yang telah dibukukan dan dikumpulkan dalam abad kedua ini, jumlahnya
cukup banyak. akan tetapi, yang mansyur dikalangan ahli hadis adalah :
1. Al
– Muwaththa oleh Imam Malik Anas ( 93 – 179 H ).
2. Al-Maghazi
wal Siyar oleh Muhammad ibn Ishaq (150 H)
3. Al-Jami’
oleh Abdulrazaq al-Hamam ash Shan’ani (wafat 211 H )
4. Al- Mushannaf oleh Imam Syu’bah bin
Hajaj ( 160 H )
5. Al- Mushannaf oleh Imam Sufyan bin
‘Uyaina (198 H )
6. Al- Mushannaf oleh Imam Laits bin Sa’ud
(175 H)
7. Al- Mushannaf oleh al-Auza’i (150 H )
8. Al- Mushannaf oleh Humaidy (219 H)
9. Al-Maghazi
Nabawiyah, sususan Muhammad Ibn Waqid Al-Aslamy
10. Al- Musnad oleh Abu Hanafiyah (150 H)
11. Al- Musnad oleh Zaid Ibn Ali
12. Al- Musnad oleh Al-Imam Asy-Syafi’I
(204 H)
Diantara kitab-kitab
hadits yang masyhur karya ulama abad kedua antara lain :
1. al-Muwaththa', kitab itu disusun oleh al-Imam Malik
pada tahun 144 H. atas anjuran Khalifah al-Manshur. jumlah hadits yang terdapat
dalam al-Muwaththa' kurang lebih 1720 buah hadits. kehadirannya dalam
masyarakat mendapat sambutan hangat dari pendukung-pendukung sunnah.
sebagaimana ia di isyarahkan dan dikomentari oleh ulama-ulama hadits yang
datang kemudian, juga diringkasnya. al-Suyuthi mensyarah kitab tersebut dengan
kitab "Tanwiru al-Hawalik", dan al-Khaththaby
mengikhtisharnya dengan kitab yang beranama"Mukhtahsaru
al-Khaththaby"
2. Musnadu
al-Syafi'Ibnu Abi Ya'la, didalam kitab ini, al-Syafi'i mencantumkan seluruh hadits
yang berada dalam kitab al-Umm.
3.Mukhtalifu
al-Hadits, karya
al-Imam al-Syafi'Ibnu Abi Ya'la, beliau menjelaskan dalam kitab ini, cara-cara
menerima hadits sebagai hujjah, dan menjelaskan cara-cara untuk mengkrompomikan
hadits-hadits yang tampaknya kontradiksi antara satu dengan yang lain.[12]
C.
Masa Men-Tashih-kan Hadis dan Penyusunan
Kaidah-kaidahnya
Abad ketiga hijriah merupakan puncak usaha pembukuan
hadis. sesugah kitab-kitab Ibnu Jurajj, Kitab Muwaththa' Al-Malik tersebar dalam masyarakat dan disambut dengan gembira,
kemampuan menghapal hadis, mengumpul, dan membukukannya semakin meningkat dan
mulailah ahli-ahli berpindah dari suatu tempat ketempat lain dari sebuah negeri
ke negeri lain untuk mencari hadis.
Pada awalnya ulama hanya mengumpulkan hadis hadis yang terdapat
dikotanya masing-masing. hanya sebagian kecil diantara mereka yang pergi kekota
lain untuk kepentigan pengumpulan hadis.
Keadaan ini diubah oleh Al-Bukhari. Beliaulah yang mula-mula meluaskan
daerah- daerah yang dikunjungi untuk mencari hadis. Beliau pergi ke Maru,
Naisabur, Rei, Basrah, Kufah, Mekah, Madinah, Mesir, Damsyik, Qusariyah,
Asqalami, dan Himsh.
Imam Bukhari membuat terobosan dengan mengumpulkan hadis yang tersebar
diberbagai daerah.enam tahun lamanya Al-Bukhari terus menjelajah untuk
menyiabkan kitab sahihnya.
Ulama hadis yang mula-mula menyaring dan membedakan
hadis- hadis yang sahih dari yang palsu dan lemah adalah Ishaq ibn Rahawaih,
seorang imam hadis yang sangat termasyur. Lalu di selenggarakn sempurna oleh
Al-Imam Al-Bukhari. Al-Bukhari
menyusun kitan-kitbnya yang terkenal dengan nama Al-Jamius Shahih.
Didalam kitabnya, ia hanya, membukukan hadis-hadis yang dianggap sahih.
kemudian diikuti oleh muridnya yang sangat alim, yaitu Imam Muslim.
Sesudah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, bermunculan
iamam lain yang mengikuti jejak Bukhari dan Muslim, Diantaranya Abu Daud,
At-Tarmidzi, dan An-Nasa’i. Mereka menyusun kitab-kitab hadis yang terkenal
dengan Al-Ushul Al-Khamsyah.[13]
Disamping itu, Ibnu Majah menyusun sunan-nya, kiatab sunan ini kemudian
digolongkan oleh para ulama kedalam kitab-kitab induk itu menjadi 6 buah, yang
kemudian dikenal dengan nama Al-Kutub Al-Sittah’
Tokoh
–Tokoh yang hadir dalam masa ini adalah:
1. Ali Ibnul Madany
2. Abu Hatim Ar-Razy
3. Muhammad Ibn Jarir Ath-Thabari
4. Muhammad Ibn Sa;ad
5. Ishaq Ibnu Rahawaih
6. Ahmad
7. Al- Bukhari
8. Muslim
9. An-Nasa’i
10. Abu Daud
11. At-Tarmidzi
12. Ibnu Majah
Kitab-kitab
sunah yang tersusun dalam abadketiga, antara lain :[15]
1. Penyusunan
enam kitab induk hadits (kutubus sittah), yaitu kitab-kitab hadits yang diakui
oleh jumhur ulama sebagai kitab-kitab hadits yang paling tinggi mutunya,
sebagian masih mengandung hadits dhaif tapi ada yang dijelaskan oleh penulisnya
dan dhaifnya pun yang tidak keterlaluan dhaifnya, ke – 6 kuttubus shittah itu
adalah:[16]
1) Ash-Shahih oleh Imam Muh bin Ismail al-Bukhari
(194-256 H).
2) Ash-Shahih oleh Imam Muslim al-Hajjaj (204-261 H).
3) As-Sunan oleh Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’at
(202-275 H).
4) As-Sunan oleh Imam Ahmad b.Sya’ab an-Nasai (215-303
H).
5) As-Sunan oleh Imam Abu Isa at-Tirmidzi (209-279 H).
6) As-Sunan oleh Imam Muhammad bin Yazid bin Majah
Ibnu Majah (209-273 H).
2.
As –
Sunan oleh Imam Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman ad Damiri (181-255 H).
3.
Al
-Musnad oleh Imam Ahmad bin Hambal (164-241 H).
4.
A
l-Muntaqa al-Ahkam oleh Imam Abd Hamid bin Jarud (wafat 307 H).
5.
Al –
Mushannaf oleh Imam Ibn. Abi Syaibah (wafat 235 H).
6.
Al –
Kitab oleh Muhammad Sa’id bin Manshur (wafat 227 H).
7.
Al-Mushannaf
oleh Imam Muhammad Sa’id bin Manshur (wafat 227 H).
8.
Tandzibul
Afsar oleh Imam Muhammad bin Jarir at-Thobari (wafat 310 H).
9.
Al –
Musnadul Kabir oleh Imam Baqi bin Makhlad al-Qurthubi (wafat 276 H).
10.
Al –
Musnad oleh Imam Ishak bin Rawahaih (wafat 237 H).
11.
Al – Musnad
oleh Imam ‘Ubaidillah bin Musa (wafat 213 H).
12.
A –
Musnad oleh Abdibni ibn Humaid (wafat 249 H).
13.
Al –
Musnad oleh Imam Abu Ya’la (wafat 307 H).
14.
Al –
Musnad oleh Imam Ibn. Abi Usamah al-Harits ibn Muhammad at-Tamimi (282 H).
Dan masih banyak sekali kitab-kitab musnad yang ditulis oleh
para ulama abad ini.
D.
Dari Abad IV hingga Tahun 656 H
Periode ini dimulai dari Abad ke IV
hinggat tahun 656 H, yaitu pada masa ‘Abasiyah angkatan kedua. Periode ini
dinamakan Ashru At-Tahdib wa Al-Istidraqi
waAl-Jami.
Ulama-ulama hadits pada abad II dan
III digelari ulama mutaqodimin, yaitu
yang mengumpulkan hadits dengan semata-mata berpegang kepada usaha sendiri dan
pemeriksaan sendiri, dengan menemui para penghafalnya yang tersebar dipelosok
Negara Arab, Parsi dan lain-lainnya. stelah abad ke III berlalu, bangkitlah
pujangga abad keempat. .Para ulama abad IV dan seterusnya digelari dengan ulama
muta’akhirin, yang dalam usahanya
menyusun kitab-kitab hadits hanya dengan menukil dari kitab-kiab yang telah
disusun oleh ulama mutaqadimin [17].
Usaha
Al-Bukhari, Muslim, Sufyan dan Imam-imam lain itu, seluruh ahli hadis abad ke
tiga, terkumpulah jumlah yang sangat besar dan hadist-hadist yang sahih.
sedikit sekali hadis-hadis yang sahih yang tak terkumpul pada kitab-kitab ahli
hadis abad ketiga, yang diusahakan mengumpulkannya oleh ahli-ahli hadis abad
keempat.
Pada
periode ini muncul kitab-kitab yang tidak terdapat dalam kitab sahih pada abad
ketiga. kitab-kitab itu antara lain:
1. Ash Shahih, susunan Ibnu Khumzaimah
2. At Taqsim wal anwa’, susunan Ibnu Hibban
3. Al-Mustadrak, susunan Al-hakim
4. Al-Shahih, susunan Abu ‘Awanah
5. Al-Muntaqa, susunan Ibnul Jarud
6. Al-Mukhtarah, susunan Muhammad Ibn Abdul
Wahid Al-Maqdisy[18]
Ulama-ulama
abad ke V H menitik beratkan usaha untuk memperbaiki susunan kitab,
mengumpulkan yang berserak serak dan memudahkan jalan-jalan pengambilan dan
sebagainya,seperti : “
mengumpulkan-hadis-hadis hukum dalam satu kitab dan hadis=hadis targhib dalam
sebuah kitab, serta mensyarahkannya,“
Diantara
usaha-usaha ulama pada abad kelima, ialah: mengumpulkan hadis hadis yang
terdapat dalam kitab 6 dan kitab lainnya dalam satu kitab besar. Ringkasnya
pada abad kelima , munculah hadis ke zaman membaguskan sususnan kitab-kitabnya,
mebgumpilkan hadis-hadis dalam kitab besar, memisahkan hadis-hadis hukum dalam
sebuah kitab dan hadis targhib –targhib dalam sebuah kitab, dan masuklah
kitab-kitab hadis itu kedalam masa mensyarahkan dan mengikhtisarkannya.[19]
Hadits dimasa abad V H
sampai sekarang hanya ada sedikit tambahan dan modifikasi kitab-kitab
terdahulu. Sehingga karya-karya ulama hadits abad kelima lebih luas, simple dan
sistematis. Diantara mereka adalah :
1.
Abu Abdillah al-Humaidi tahun 448 H beliau
mengumpulkan 2 kitab sahih sesuai urutan sanad.
2.
Abu Sa’adah Mubarak bin
al-‘Asyir tahun 606 H beliau mengumpulkan enam kitab hadis dengan
urutan bab.
3.
Nuruddin Ali al-Haitami beliau melengakapi
6 kitab dengan karangan-karangan lain ( selain kutub al-sittah ).
4.
Al-Suyuthi tahun 911 H beliau
menulis kitab yang berjudul al-Jami al-Kabir
Usaha ulama ahli hadits pada abad V
dan seterusnya diantaranya adalah:
1. Mengklasifikasikan
hadits dengan menghimpun hadits-hadits yang sejenis kandungannya atau sejenis
sifat-sifat isinya dalam suatu kitab hadits. Oleh karena itu lahirlah
kitab-kitab hukum seperti Bulughul Maram min Ahaditsil Ahkam, karya Al-Hafidz
Ibnu Hajar al-Asqalany. Selain itu juga lahirlah kitab-kitab hadits Traqib wa
al-Tarhib, seperti Dalil al-Falihhin, karya Muhammad Ibnu Allan as-Shidiqi.
2. Mensyarahkan dan
mengiktisarkan kitab-kitab hadits yang telah disusun oleh ulama yang
mendahuluinya seperti Sahih Bukhori terdapat Fathul Bari oleh Ibnu Hajar
Asqolani. Sedangkan contoh kitab Mukhtashar (ringkasan), seperti Sahih Muslim
diantaranya Mukhtashar oleh al-Mundziri.
3. Menyusun kitab
hadits Athraf, yaitu teknik pembukuan Hadits dengan menyebutkan permulaan
haditsnya saja, seperti Athraf al-Kutub al-sittah yang ditulis oleh al-Maqdisi.
4. Mentakhrij,
yaitu mengeluarkan beberapa hadits yang ada dalam buku hadits atau buku lain
dengan menggunakan sanad sendiri atau ditelusuri sanad dan kuwalitasnya.
Misalnya Irwa’ al-Ghalil fi Takhrij Ahadits Mannar al-Sabil oleh Nasirudin
al-Albani.
5. Zawa’id, yaitu
mengumpulkan hadits-hadits yang tak terdapat dalam kitab-kitab yang sebelumnya
ke dalam sebuah kitab tertentu, seperti Zawai’id Ibnu Majjah.
6. Jawami’ atau
Jami’, sebuah kitab hadits yang menghimpun hadits-hadits nabi SAW seperti
al-Jami’ al-Kabir.
7.
Menciptakan kamus hadits (kitab
Indeks hadits) untuk mencari pentakhrij suatu hadits atau untuk mengetahui dari
kitab hadits apa suatu hadits didapatkan. Misalnya, Al-Jami’ al-Sagirfi Ahadith
al-Basir an-Nadhir karya Imam Jalaludin as-Suyuti. Kitab yang mengumpulkan
hadits-hadits yang terdapat dalam kitab VI ini di susun secara alphabetis dari
awal hadits dan selesai ditulis pada tahun 907 H.
Usaha
selanjutnya adalah penyusunan ensiklopedi hadits yang telah dirintis beberapa
tahun yang lalu oleh Universitas Al-Azhar di mesir. Ensiklopedi hadits ini
terdiri atas 100 jilid lebih pembahasan mengenai hadits.[20]
Pada periode ini muncul pula usaha istidrak , yakni mengumpulkan
hadis-hadis yamng memilki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau salah satunya
yang kebetulan tidak diriwayatkan atau dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim. Kitab ini mereka namai Mustadrak. Diantaranya Al-Mustadrak oleh Abu Dzar Al-Harawy.
Contohnya Al – Mustadrak Ala Shahihaini olehImam Abu
Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Hakim An- Naisaburi ( 321 – 405 H )[21]
E.
Periode 656 H – Sekarang
Periode ini adalah masa sesudah
meninggalnya Khalifah Abassiyah ke VVII Al-Mu’tasim (w.656 H) sampai
sekarang.Periode ini dinamakan Ahdu
As-Sarhi wa Al-Jami’wa At-Takhriji wa Al-Bahtsi, yaitu masa pensyarahan,
penghimpunan, pentahrij-an, dan pembahasan.
Usaha-usaha
yang dilakukan oleh ulama dalam masa
ini adalah menertibkan isi kitab-kitab hadis, menyaringnya, dan menyusun enam
kitab tahrij, serta membuat kitab-kitab Jami’yang umum.
Pada
periode ini disusun Kitab-kitab Zawa’id, yaoitu usaha mengumpulkan hadis yang
terdapat dalam kitab yang sebelumnya ke dalam sebuah kitab tertentu,
diantaranya kitan zawa’id susunan Ibnu Majah, kitab zawa;id As-Sunan Al-Kubra
disusun oleh Al-Bushry, dan masih banyak lagi kitab zawa’id yang lain.
Disamping itu, para ulama hadis pada periode
ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat dalam beberapa kitab kedalam sebuah
kitab tertentu, diantaranya adalah kitab jami’
Al-Masanidd wa As-Sunan Al-Hadi li Aqwami Sunan, karangan Al-Hafidz Ibnu
Katsir, dan Jami’ul Jawami disusun
oleh Al-Hafidz As-Suyuthi (991).
Bnayak kitab dari berbagai Ilmu yang
memandang hadis-hadis yang tidak disebut perawinya dan pen-takhrij-nya.
Sebagian ulama dari masa ini berusaha menerangkan tempat-tempat pengambilan
hadis-hadis itu dan nilai-nilainya Dalam sebuah kitab yang tertentu,
diantaranya Tahrij Hadis Tafsir
Al-Kasysyaf karangan Al-Zailai’I (762), Al-Kafi
Asy-Syafi fi Tahrij Ahadits Al- Kasysyaf oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, dan masih banyak
lagi kitab Tahrij lain.[22]
Sebagimana periode keenam, periode
ketujuh inipun muncul ulama-ulama hadismyang menyusun kitab-kitab Athraf , diantaranya ithaf Al-Maharah bi Athraf Al-‘Asrah oleh
Ibnu Hajar, dan masih banyak lagi kitab Athraf
lainnya.
Tokoh tokoh hadis yang terkenal pada
masa ini adalah :
1. Adz-Dzahaby (748 H)
2. Ibnu Sayydinas (734 H)
3. Ibnu Daqiq Al-‘Ied
4. Muglathai (862 H)
5. Al-Asqalany (852 H)
6. Ad-Dimyati (705 H)
7. Al-‘Ainy (855 H)
8. As-Suyuthi (911 H)
9. Az-Zarkasy (794 H)
10. Al-Mizzy (742 H)
11. Al-‘Alay (761 H)
12. Ibnu Katsir (774 H)
13. Az-Zaily (762 H)
14. Ibnu Rajab (795H)
15. Ibnu Mulaqqin (804 H)
16. Al-Bulqiny (805 H)
17. Al-‘Iraqy (806 H)
18. Al-Haitsamy (807 H)
19. Abu Zurah (826 H)[23]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. kodifikasi ( Tadwinul Hadist ) adalah mengumpulkan, menghimpun
atau membukukan, yakni mengumpulkan dan menertibkannya. Adapun yang dimaksud
dengan kodifikasi hadis adalah menghimpun catatan-catatan hadis Nabi dalam
mushaf.
2. Perkembangan
Hadist pada masa abad II dan III H Periode ini disebut “ASAHR
AL-Kitabah Al-Tadwin”, yakni masa penulisan dan pembukuan. Maksudnya
penulisan dan pembukuan secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh atau atas
inisiatif pemerintah secara umum. Sebab kalau secara peroranga sebelum abad II
H. hadist sudah banyak ditulis baik pada masa tabi’in sahabt kecil, sahabat
besar dan bahkan sejak masa nabi SAW
3. Perkembangan
Hadist Masa Mutaakhir ini Periode ini disebut ‘Ashr al-Tahzhib wa
al-Tartib wa al-Istidrak wa al-Jami’I wa al-Syarh wa al-Takhrij wa al-Bahts,’yaitu
masa pembersihan, penyusunan, penambahan, pengumpulan, penyerahan, pentakhrijan
dan pembahasan yang berlangsung sejak abad IV sampai 656
H. Ulama yang hidup pada mulai abad IV disebut ulama Mutaakhir,
sedangkan ulama yang hidup sebelumnya disebut ulama Mutaqaddimin.
B.
Saran
Dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
‘Itr Nuruddin.Dr. Ulumul Hadis. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. cetakan pertama, Januari 2012.
Suparta M.A, Dr.H.Munzier. Ilmu
Hadis. PT Raja grafindo persada. Bandung. Cetakan ke enam 2008
Ash-Shiddieqy,
Prof Dr T.M Hasbi. Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadis. Bulan bintang. Jakarta.
Cetakan keenam.April 1980.
solahudin,M.Ag, Drs.M.Agus. Ulumul
hadis. Pustaka setia. Bandung, 2008
ahmad
sarnubi, ditulis pada 20 november 2011,dalam http://ahmadasby.blogspot.com/2011/10/kodifikasi-hadist-abad-ke-ii-iiiivv.html
diakses pada 27 maret 2015, pukul 20.00 wib
[1] Dr.H.Munzier Suparta M.A, Ilmu Hadis (Jakarta: PT Raja grafindo
persada, 2010) Hal.88-89
[2]ahmad sarnubi, ditulis pada 20 november 2011,dalam http://ahmadasby.blogspot.com/2011/10/kodifikasi-hadist-abad-ke-ii-iiiivv.html
diakses pada 27 maret 2015, pukul 20.00 wib
[3] Prof DR.T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits
( Jakarta :Bulan Bintang, 1980) Hal.78
[4] Prof DR.T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits
( Jakarta :Bulan Bintang, 1980) Hal. 78
[5] Dr.Nurudin‘itr, Ulumul Hadis, (Bandung : Pt Remaja Rosdakarya, 2014) Hal.49
[6] Drs.M.Agus.solahudin,M.Ag, Ulumul hadis (Bandung : Pustaka setia, 2008)
Hal.39
[7] Prof DR.T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits
( Jakarta :Bulan Bintang, 1980) Hal. 79-80
[8] Drs.M.Agus.solahudin,M.Ag, Ulumul hadis (Bandung : Pustaka setia,
2008) Hal.39-40
[9] Prof DR.T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits
( Jakarta :Bulan Bintang, 1980) Hal. 81
[10] Drs.M.Agus.solahudin,M.Ag, Ulumul hadis (Bandung : Pustaka setia,
2008) Hal.40-41
[11] Prof DR.T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits
( Jakarta :Bulan Bintang, 1980) Hal. 83
[12] Ibid. Hal. 83-85
[13] Drs.M.Agus.solahudin,M.Ag, Ulumul hadis (Bandung : Pustaka setia,
2008) Hal.42-43
[14] Drs.M.Agus.solahudin,M.Ag, Ulumul hadis (Bandung : Pustaka setia,
2008) Hal.43-44
[15] Prof DR.T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits
( Jakarta :Bulan Bintang, 1980) Hal.102-103
[16] Dr.H.Munzier Suparta M.A, Ilmu Hadis (Jakarta: PT Raja grafindo
persada, 2010) Hal.93
[17] Drs.M.Agus.solahudin,M.Ag, Ulumul hadis (Bandung : Pustaka setia,
2008) Hal.45
[18] Prof DR.T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits
( Jakarta :Bulan Bintang, 1980) Hal.115-116
[19] Prof DR.T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits
( Jakarta :Bulan Bintang, 1980) Hal.118
[20] Prof DR.T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits
( Jakarta :Bulan Bintang, 1980) Hal.119-121
[21] Drs.M.Agus.solahudin,M.Ag, Ulumul hadis (Bandung : Pustaka setia,
2008) Hal.47
[22] Drs.M.Agus.solahudin,M.Ag Ulumul hadis (Bandung : Pustaka setia,
2008) Hal.47-48
[23] Drs.M.Agus.solahudin,M.Ag ,Ulumul hadis,(Bandung : Pustaka setia,
2008) Hal.48-49